Cerpen Perjalanan Scoun Band I

Melihat artis dan band terkenal, aku ingin sekali seperti mereka, menjadi orang terkenal, menghibur orang yang sedih dan gundah, karna kegagalan cinta, kehidupan atau guncangan hidup yang memilukan.
Dalam malam, aku hanya bisa berhayal, tentang semua itu, Namun tidak kubiarkan berlarut-larut dalam pikiranku, hingga aku memutuskan untuk mengikuti les musik yang ada di kotaku, tapi aku tidak yakin, apakah orangtuaku mengijinkan keinginan itu, karna kondisi keuangan saat ini sangat minim. Jangankan mengikuti les musik, uang SPP masih sering nunggak.

Keinginanku yang begitu besar, tak kubiarkan hanya menempel di syaraf otak dan menyebar diseluruh organ tubuhku, hingga tertanam selamanya menjadi suatu penyakit megalomiak. kukatakan keinginan itu kepada orangtuaku, benar apa yang kutakutkan selama ini, ybu marah besar.

“kamu tidak tahu, les musik itu mahal? Jangankan les musik, untuk sekolah saja kita masih sering minjam.” Aku hanya bisa diam, terpaku berdiri tanpa gerak, aku tidak menyalahkan ybu yang berkata demikian, mungkin aku yang tak pernah menyadari dan memikirakan hal itu.

“Ayah minta maaf, karna tidak dapat memenuhi keinginanmu, tapi Ayah selalu mendukung cita-citamu. satu yang harus perlu kamu ingat, jangan pernah berhenti dan putus asa, karna Tuhan selalu memberi jalan, jika kamu ada kemauan dan terus berusaha.” Ucap Ayah mendekatiku.

Kata-kata Ayah membuatku bersemangat, semangat yang tak pernah terurai walau ombak setinggi apapun menghujamiku. Aku bangga terhadap Ayah. dia selalu memberiku dorongan untuk menjalani hidup. Mungkin dimata orang juga Ybu, dia lelaki tidak berpendidikan, tidak pernah menyandang ijazah SD, tapi pandanganku bebeda. Aku berjanji pada diriku sendiri, suatu hari nanti aku akan mengubah pandangan itu, menunjukkan pada orang-orang bahwa Ayah adalah orang pintar, pintar mendidik dan ayah yang baik.

Keinginan yang besar tidak kubiarkan goyah, oleh suatu hal yang tidak mendukungku, mungkin itu suatu cobaan, karna cobaan adalah bumbu kehidupan untuk meraih kesuksesan. Les musik tak lagi suatu keinginanku. Kini aku harus menempuh jalan lain yang tidak mengeluakan banyak biaya.

Pernah kubaca dalam sebuah majalah, perjalanan hidup seorang musisi juga penyanyi, dari pengamen jalanan, hingga menyanyi dikafe-kafe, dia jalani. Suatu perjalanan hidup yang luar biasa, hingga sekarang menjadi orang yang terkenal dalam Dunia musik.

Disekolah aku selalu mencari teman yang handal bermain musik dan sering menemani mereka latihan di studio, yang tidak jauh dari sekolah. Tidak jarang, mereka mengajariku. Kesempatan itu tidak pernah kusia-siakan, dan mengulang mempelajarinya dirumah. Aku sangat yakin pada suatu istilah yang sering diucapkan oleh guru bahasa indonesiaku,

“Sedikit demi sedikit lama-lama pasti akan menjadi bukit” istilah itulah yang selalu kubawa dalam perjuanganku, hingga membuatku tidak pernah bosan walaupun hanya melihat mereka berlatih.

Setengah tahun aku mengikuti mereka, bukan hanya ilmu dalam bermusik yang kudapatkan, tapi bagaimana menjalin hubungan dalam suatu group band, yang sering mengalami perbedaan pendapat, mengeluarkan suatu ide yang berbeda.

Malam yang melelahkan membutku sulit untuk memejamkan mata. Hingga aku tidak menyadari pikiranku sudah melayang-layang. Kucoba untuk meluruskan hayalan itu, hingga akhirnya aku mengetahui tujuannya, yaitu membentuk group band.

Kucoba bangkit berdiri, dan berlari keluar rumah menuju rumah temanku Andi, yang kuketahui dapat memainkan Drum.

“Aku setuju!” dia sangat senang mendengar rencanaku, namun dari raut wajahnya sepertinya dia bingung.

“Kamu bingung?”

“Personil yang lainnya siapa, aku hanya bisa bermain drum?”

“si Haris adikku, dia bisa memainkan Bass, kita coba saja bertiga, nanti kita cari pemainnya yang lain.”

“Ya, terserah kamu Jek, tapi nama Bandnya apa?”

Kalau soal itu, nanti aku cari dulu nama band yang cocok buat kita, karna kita tidak boleh asal.

“Oke jek.”

“Ya udah aku pulang dulu , soalnya aku tadi tidak permisi, takut dicariin.

“hati-hati bro,”

Pagi ini adalah pelajaran bahasa Jerman, yaitu pelajaran yang paling mengasikkan buatku, bukan karna pelajarannya, tapi gurunya yang selalu membuat perut kami mual oleh kata-kata leluconnya. Pagi itu dia memberikan kami beberapa vokabulari, dia menyuruh kami membacanya berulang-ulang. aku berhenti membaca pada suatu kata.

“Scoun” yang berarti “indah” dan membacanya “scuun”, terpintas di benakku memberikan nama itu pada band yang akan kami bentuk, yaitu “scoun band” nama yang bagus pikirku.

Sepulang sekolah aku dan adikku Haris langsung menuju rumah Andi. Ide yang kudapat kami diskusikan bertiga, dan kami sepakat memberikan nama itu.

“Cocok Jek! aku sangat setuju, jika namanya scoun band.” Kata Andi

“Oke, kita sudah dapat nama bandnya, sekarang kita harus menentukan rencana kita kedepan.” ucapku

Setelah lama berunding, kami merencanakan jadwal latihan Sabtu dan Minggu. Tidak lupa, kami membuat suatu tekad yang tidak bisa dilupakan, yaitu semangat yang kokoh melibihi batu karang di laut dan pantang menyerah menghadapi labirin hidup yang akan kami hadapi.

Hari Sabtu sudah tiba, Sepulang sekolah kami langsung beranjak menuju salah satu studio yang tidak jauh dari sekolah, walaupun studionya tidak begitu bagus, itu tak menjadi masalah, karna selain dekat dari sekolah, studio tersebut lebih murah dari studio lainnya. Dalam memainkan musik kami selalu mencari lagu-lagu yang sulit, itulah hal yang selalu membuat kami tertantang dan terus belajar.

Hari-hari kami lewati dengan kebersamaan, kami bagaikan keluarga yang tidak terpisahkan. Kritikan teman-teman band lain kadang membuat kami merasa rendah, tapi mengingat tekad yang telah kami sepakati, itu menjadi santapan yang harus diluruskan.

Sepulang sekolah, kami selalu pulang bersama. tiga orang teman satu sekolah menghampiri kami, mereka ingin bergabung dengan band kami. Tanpa berpikir panjang saya dan Andi menyetujuinya.

Latihan kali ini kami merasa sudah lengkap. Jean sudah menggantikanku memainkan gitar rithim, Sedangkan Wismar sebagai melodi, dan Friedly sebagai keyboard. Masuknya tiga orang personil baru, tidak membuat kami memulainya dari nol, karna mereka sudah pernah membentuk suatu group band, namun pecah ketika salah seorang personilnya pindah ke kota lain.

Semangat kami berenam selalu menggebu. Kini kami memperluas kemampun kami dengan mengikuti berbagai vestival band yang di gelar. Tidak masuk menjadi juara, itulah hal yang sering kami alami, tapi kami sadar, kerja keras kami ini pasti membuahkan suatu hasil.

Memikirkan persaingan yang begitu berat diantara band-band yang lebih dikenal oleh masyarakat, kecil harapan kami untuk bisa menjadi pemenang disaat adanya pestival, hal itulah yang menjadi masalah besar buat kemajuan band kami, karna melalui kejuaraan dipestivallah band-band bisa lebih dikenal oleh masyarakat.

Bersambung.....

MP3 Scoun Band “Cintaku Pergi, Unduh Gratis

Related Posts:

0 Response to "Cerpen Perjalanan Scoun Band I"

Post a Comment